Rabu, 16 Januari 2013

My Guardian Angel part 2

Part 2

 biar saja kau yang jadi Venus. Aku ingin jadi satelit yang mengelilingimu, Aku akan menjadikanmu satu-satunya pusat tata suryaku- Lee Donghae


-Lee Seo Hee-Lokasi syuting-Gangnam
“Haaaa, seragamnya lucu sekali…” Gaeul terlihat sangat senang, sementara di sebelahnya, si model pria yang katanya bernama Donghae itu tersenyum memperhatikannya. Aku hanya menatap mereka, di bawah kerindangan pohon maple, mencari tahu sisi menarik dari gadis itu. Choi Gaeul. 

“Seo, syutingnya sebentar lagi akan di mulai” So Ra menghampiriku. Aku bangkit, melangkah bersisian dengannya.   


Kami di tuntun menuju sebuah kelas yang sudah di dekorasi sedikitnya dengan kain warna warni menjuntai dari atap, disisi tempat alat-alat musik di susun seperti di atas panggung. Di belakangnya, ada papan tulis yang sudah di coret-coret, berisikan kata-kata picisan, serta gambar namja-yang wajahnya mirip donghae. 

Aku mengambil tempatku, di depan keyboard, dengan mata yang tak lepas dari Gaeul. Gadis itu tersenyum pada namja itu, Donghae mengacungkan jempolnya memberi gadis itu semangat. Hah, Gaeul itu, dia benar-benar lovable, berbeda sekali denganku.

Kami membawakan lagu You are my venus, ada beberapa kali take, setelah itu kami pindah ke ruangan lain untuk melakukan scene selanjutnya. Disana aku, So Ra, dan Gaeul berakting bersama lima orang lainnya yang juga berseragam sama dengan kami. 

Kami semua tidak ada yang memperhatikan guru yang mengajar di depan, aku tidur-tiduran, Mikki bersandar ke kursinya dengan dua tangan di belakang kepala sambil mendengarkan musik lewat headset dan menatap keluar, So Ra pura-pura sibuk berdandan, dan Gaeul menggambar di buku tulisnya-yang sebenarnya action saja karna gambar sebenarnya sudah di siapkan sutradara. Kemudian Donghae lewat di koridor kelas dengan gayanya yang cool dan charm, mata Gaeul tertuju padanya dengan ekspresi memuja. Untuk itu kami melakukan beberapa kali take sampai sutradaranya mendapatkan ekspresi terbagus dari Gaeul, karna dialah pemeran utamanya dalam video clip ini.  

Kami berpindah lagi, ke gedung sekolah dimana aku, So Ra, dan Mikki memaksa Gaeul untuk menyerahkan surat cinta yang ada di tangannya pada Donghae.  Ceritanya saat itu adalah hari kelulusan Donghae. Kami bertiga bersama-sama berharap-harap cemas menunggu Gaeul yang sedang melangkah menuju Donghae. Donghae kelihatan senang melihatnya, membuat Gaeul bersemangat untuk menghampirinya. Tapi tiba-tiba seorang gadis menghampiri Donghae dan memeluknya. Gaeul kembali mundur dan dia berlari menjauhi Donghae. Kami bertiga menatapnya sedih.

Selanjutnya adegan aku dan yang lainnya membujuk Gaeul di ruang musik. Disana So Ra memainkan gitar, dan kami bernyanyi sambil tertawa-tawa. Itu adegan yang agak sulit bagiku, karna disana aku harus terlihat benar-benar senang, ah, aku tidak tahu kenapa aku sulit sekali berekspresi. Kemudian kami sama-sama memegang alat musik. Tapi tidak benar-benar memainkannya.

Syuting itu masih belum selesai menjelang malam. Sepertinya mereka merampungkan segalanya dalam satu hari karna dari tadi kami hanya mendapat sedikit istirahat, itu pun hanya untuk makan siang. Di scene berikutnya kami mengenakan pakaian yang biasanya kami pakai untuk show. Ku dengar mereka memakai Aula sekolah yang sangat luas, serta mengundang siswa-siswa SMA ini untuk menyaksikan pertunjukan kami. 

“Donghae Oppaaaa!! Saranghae!!”

Aku menolehkan kepalaku begitu ku lihat seorang siswi SMA yang telah berganti pakaian berteriak menyerukan nama namja itu. Donghae tersenyum ke arah mereka, melambaikan tangannya, membuat siswi-siswi lainnya semakin heboh menyerukan namanya. Aku baru tersadar, sepertinya dialah alasan kenapa siswi-siswi itu memadati aula ini. Aku yakin, jika syuting itu hanya melibatkan kami, Skyline, aula ini tidak akan seramai ini. Sepertinya directur kami memang pintar sekali memanfaatkan situasi.
***

-Choi Gaeul-Aula-

“Donghae Oppaaaa!! Saranghae!!”

Ku tolehkan kepalaku pada sumber suara, dan aku melihat beberapa orang gadis SMA yang kecentilan menyerukan nama Oppa. Oppa Cuma tersenyum dan melambaikan tangannya pada mereka, dia sendiri sedang bicara dengan sutradara mengenai scene terakhir. 

“Kau gugup lagi?” Mikki menyenggol lenganku, hingga membuatku berhenti bermonolog dengan diriku sendiri, dan mengalihkan pandangan padanya.

“Memangnya kau tidak?” aku balas bertanya.

“Aku kan tidak kebagian adegan ciuman” dia berujar dengan sangat sangat sangaaaat santai.

Ucapannya itu otomatis membuatku menelan ludah, dan pipiku memanas. 

“Itu kan hanya ciuman ringan, hanya tempel sedikit saja” ucapku berkilah.

“Ah, yang benar” Mikki menowel-nowel lenganku. “Kalau aku jadi kau, tidak akan ku biarkan kesempatan itu lewat begitu saja. Bisa berciuman dengan Donghae yang tampan, ah, kau tahu tidak berapa banyak wanita di luar sana yang memimpikannya?”

“Diamlah” aku segera menjauh darinya sebelum otakku terkontaminasi. 

Mikki terkikik, dan kini kami sama-sama naik ke atas panggung, dimana So Ra eonni dan Seo Hee eonni sudah menunggu kami. Seperti biasa, So Ra eonni sangat ramah, sebelum tampil dia berinteraksi dengan murid-murid SMU itu. Beberapa namja menatapnya dengan mata memuja, aku tahu So Ra eonni itu cantik dan sosoknya sangat dewasa. Baru debut saja fansnya sudah banyak.

“Huaaaaa!!! Donghae Oppa!!!” siswi-siswi itu kini berteriak karna Donghae ikut masuk dalam kerumunan di temani beberapa orang berpakaian bebas yang sebetulnya adalah bodyguard. Jung Ajjumma naik ke atas panggung, dia meminta kerja sama mereka dan berjanji dia akan menyiapkan sesi berfoto bersama Skyline dan Donghae kalau mereka mau tenang dan membantu jalannya syuting.

Situasi itu kembali tenang. Kemudian kami kembali membawakan lagu You are my Venus, kali ini hanya satu kali take. Kami tidak lagi perlu beracting karna situasinya benar-benar sama seperti kami di atas panggung. Aku bernyanyi dengan mata sesekali melirik pada Donghae Oppa, dia menatapku fokus, tatapannya terlihat kagum, aku tidak tahu itu acting atau bukan, karna dimataku dia terlihat sangat bersungguh-sungguh. 

Usai menyanyikannya, aku turun dari atas panggung. Penonton itu berteriak-teriak histeris, sementara itu bodyguard yang di sewa jung ajjumma membuat kerumunan itu tersibak seperti yang di rencanakan sebelumnya. Jalan itu membuka, hingga aku melangkah pelan menuju Donghae Oppa sambil tersenyum. Dia membalas senyumnya, mata kami bertatapan, hingga jarak kami sangat dekat. Aku berhenti seraya mengeluarkan dan membuka sebuah kertas yang bertuliskan ‘I love you’. Dia juga meronggoh satu jasnya, mengeluarkan kertas, yang juga bertuliskan ‘I love you’. Kami sama-sama tersenyum. 

Kemudian dia meraih kepalaku dengan telapak tangannya. Oh, tuhan. Aku tiba-tiba saja kehilangan fokus. Namun mataku hanya  tertuju pada matanya yang tengah menatapku dengan sinar mata lembut. Perlahan dia mendekatkan wajahnya, aku memejamkan mata, waktu seakan berjalan sangat lambat. Hingga ku rasakan bibirnya mendarat di bibirku. Aku menahan napas. Jantungku berhenti berdetak. 

“Dasar Jalang!!!” teriak seseorang, membuatku terkesiap dan menarik diri.

“Berani-beraninya kau mencium Donghae Oppa kami di depan kami!!”

“Yaa~ kau harus mati!!!”

Bersamaan dengan itu gerombolan gadis-gadis menerjang kearah kami, membuat bodyguard harus bekerja keras untuk menahan mereka. Donghae Oppa kontan menyelimutiku dengan tubuhnya, kami melangkah dengan langkah tersendat keluar dari tempat itu walau gadis-gadis itu terus saja melontarkan makian padaku. Aku hendak menangis, untuk pertama kalinya aku di kata-katai begitu kasar oleh orang yang tak ku kenal. Donghae Oppa sepertinya mengerti perasaanku, dia segera membekap telingaku dengan tangannya.

Kami sampai di ruang khusus staff, dimana So Ra eonni, Seo Hee eonni, dan Mikki telah sampai lebih dulu. So Ra eonni menepuk bahuku. “Sudahlah, jangan di ambil hati” ucapnya menghibur.

“Ah, si tua Bangka itu memang mau membunuh, mencium Donghae di depan fansnya, bah, masih untung kau keluar dengan selamat Gaeul ah” Mikki berujar dengan ekspresi sedikit sebal, kemudian dia meneguk air minumnya.

“Ehm, sebetulnya aku yang menciumnya” ralat Donghae Oppa membuat Mikki menoleh.

“Ya, sama saja” ejek Mikki. 

“Mikki, bersikap sopanlah pada donghae Oppa. Dia itu sunbae kita” nasehat So Ra eonni, yang di tanggapi Mikki dengan menggedikkan bahunya.

“Gaeul ah…” Donghae Oppa berjongkok di depanku, menatap wajahku dengan matanya yang bersinar lembut. “Bukankah aku sudah pernah bilang padamu, kalau tidak mungkin semua orang di bumi ini mencintaimu?”

Aku mengangguk.

“Ini lah duniamu sekarang. Akan ada orang yang mencintaimu, dan akan ada juga orang yang membencimu. Sekali pun kau tidak ada hubungannya dengan mereka” Dia menghapus sisa-sisa air mata yang ada di pipiku.

Aku mengangguk. “Ini mimpi Tae Joon Oppa. Aku harus kuat. Fighting!” aku menyemangati diri sendiri dan tertawa di depannya.

Sinar matanya tiba-tiba saja meredup. Mulutnya terbuka seperti akan mengatakan sesuatu, namun dia mengurungkannya. 

“Waeyo?” tanyaku penasaran.

“Tae Joon…” dia berujar lirih.

“Ne?”

“Dia selalu ingin kau bahagia…”

kemudian dia bangkit dan mengacak-acak rambutku. 

“Aku tahu Oppa” sahutku sambil tersenyum.

“Karna itu lakukanlah yang kau suka…”

Ucapannya membuatku merenung. Me… melakukan apa yang ku suka?

“Oppa mau ganti baju dulu. Tunggu disini saja. Setelah sesi foto itu, aku akan mengantarmu pulang” ucap Donghae Oppa, kemudian dia berlalu dari hadapanku.

***

-Lee Donghae-Donghae’s car

Aku memasang seatbelt ke tubuh Gaeul, dia tersenyum lemah padaku. Sepertinya dia benar-benar lelah karna seharian syuting tanpa istirahat. Untung saja sesi berfoto itu tidak begitu lama, hingga kami bisa pulang jam sebelas malam. 

Gaeul sudah kelihatan mengantuk dan aku membiarkannya memejamkan mata tanpa berniat mengajaknya mengobrol walau pun aku ingin. Melihatnya kelelahan begitu membuatku sedikit khawatir dengan kondisi fisiknya. Fisik Gaeul tidak begitu kuat, dia gampang jatuh sakit, karna itu aku berpesan pada So Ra tadi agar dia lebih memperhatikan pola makan Gaeul. 

Ku lirik dia, yang kini sudah sepenuhnya memejamkan mata. Tae Joon, dia bilang tadi dia melakukan semuanya demi Tae Joon. Haah… hatiku jadi tidak tenang. Ku pikir awalnya dia melakukan ini karna dia benar-benar ingin jadi penyanyi. Lalu aku teringat, dari dulu dia memang tidak pernah bilang dia ingin, walau semua orang memuji suaranya yang sangat indah. Dulu dia sering ikut denganku dan Tae Joon, dia adalah adik kesayangan Tae Joon. Tae Joon sahabatku yang mengidap sister complex itu selalu membawanya kemana-mana. Bahkan ke rumahku. Ibuku sangat senang pada Gaeul, karna dia tidak punya anak gadis. Jadi, lama-lama aku jadi ikut terbiasa dengannya. 

Entah sejak kapan dia menarik perhatianku. Entah saat dia masih mengenakan seragam SD atau SMP. Tiba-tiba saja hidupku terasa berbeda saat aku tidak melihatnya lagi. Seolah ada bagian dalam diriku yang kosong, yang hanya bisa lengkap jika dia ada.
“Ga eul ah, sudah sampai” aku mengguncangkan tubuhnya pelan. 

Dia menggeliat dan mengucek-ngucek matanya. “Eung? Sudah sampai? Cepat sekali…” gumamnya sambil memutar tubuhnya sedikit melihat ke kaca mobil.

Dia membuka seatbeltnya dan hendak membuka pintu ketika aku meraih tangannya. 

“Waeyo Oppa?” tanyanya dengan dahi berkerut.

Aku tidak tahu ini waktu yang tepat atau bukan, namun aku sangat ingin menyampaikan perasaanku ini padanya. Ku dekatkan wajahku, dan ku kecup bibirnya sekilas. Ku tarik wajahku cepat untuk melihat reaksinya.

Dia membeku di tempatnya. Perlahan tangannya terangkat dan menyentuh bibirnya. “Oppa…” lirihnya, dia menatapku dengan ekspresi kagetnya dan kedua pipi merah.

Aku tersenyum seraya mengelus pipinya. “Apa aku bisa jadi Venusmu?”

Dia kelihatan kaget. “Oppa…”

“Ya…” aku mengangguk, mengerti apa yang akan di ucapkannya.

Dia mengerjabkan matanya. “Apa aku pantas bersama Oppa?” 

Apa dia pantas bersamaku? Bukankah seharusnya pertanyaan itu di tujukan padaku? Apa aku pantas bersamanya? Apa aku mampu membahagiakannya? 

“Apa kau keberatan aku yang jadi Venus?” aku sedikit mencandainya. “Baiklah, kalau begitu biar saja kau yang jadi Venus. Aku ingin jadi satelit yang mengelilingimu, Aku akan menjadikanmu satu-satunya pusat tata suryaku”

***

-Mikki-Skyline Dorm-
Aku menyerobot lebih dulu masuk ke dalam dorm mendahului Seo Hee. Seo Hee, memasang wajah kesal namun tak berujar apa pun, seperti biasanya. Aku heran kenapa tuhan memberinya mulut. Yeoja sok perfect ini hanya menggunakannya untuk makan. Lainnya? Dia sangat hemat suara. 

“Eonni…” Gaeul masuk ke dalam dorm dengan wajah berseri-seri. Dia langsung menghambur ke pelukan So Ra eonni. Oh, aku paling benci adegan teletubies begini. Aku segera lenyap dari tempat itu menuju kamarku dan Seo Hee. Seo Hee tidak lama menyusulku. Wajahnya kelihatan kusut seperti pantat monkey.

“Apa kau tidak merasa Gaeul itu terlalu beruntung? So Ra sangat sayang padanya, fanboy juga sangat menyukainya, lihat kan tadi banyak yang mendekatinya saat sesi foto, Donghae… barusan dia bilang namja itu kini adalah kekasihnya, dan Si… Argghhh”

Aku mengerjabkan mata. Ku tatap Seo Hee, benar-benar ku tatap, sungguh, siapa tahu ini jin yang menyamar jadi Seo Hee dan beberapa detik lagi dia akan menghilang. 

“Seo Hee…” panggilku, dia menoleh. Ah, apa dia ini benar-benar Seo Hee. 

“Kau sadar tidak, itu kalimat terpanjang yang pernah di ucapkan Lee Seo Hee”

Detik berikutnya wajahnya kembali datar. Dia mendekati ranjangnya dan menyusupkan tubuhnya ke dalam selimut.

“Jangan katakan itu pada siapa pun” ucapnya di balik selimut.

Apa? Aku terkikik sendiri. Ternyata dia benar-benar Lee Seo Hee. “Oh, aku tidak percaya ini. Ternyata masih ada orang yang percaya kalau aku bisa menjaga rahasia”
Dia memicingkan matanya dan duduk menghadapku. “Apa maumu?” ucapnya to the poin.

Aku berdehem. Oh, ya tuhan. Kenapa cepat sekali keinginanku kau kabulkan. Padahal baru kemaren aku mengangan-angankannya. “Seo Hee, ku dengar ayahmu itu sangaaaaat kaya. Kalian bahkan punya pulau di Indonesia. Ah, aku sangat iri. Uangmu pasti banyak sekali kan?”

“Katakan saja” ucapnya, sangat serius. Ah, benar-benar Lee Seo Hee. Aku menyengir.
“Aku ingin kucing angora” cetusku, membuat eksperi wajahnya berubah jadi seperti pantat monkey lagi.

“Kau bisa minta apa pun, bahkan kalau kau ingin Villa, aku akan memberikan satu untukmu. Asal jangan itu! Aku tidak suka ada binatang di kamarku!”

Cih, sombong sekali. Agh, Villa ya? Tawaran yang menggiurkan. Tapi tidak buatku. Memangnya apa gunanya Villa buatku? Kalau aku mau liburan dan menginap di Villa, kan aku sudah punya teman yang punya Villa *tunjuk Seo Hee* (Ingatlah, teman adalah aset berhargamu). Sekarang aku sedang tergila-gila pada kucing angora. Aku ingin memeliharanya. Tapi, ehm, aku ini orang yang cukup perhitungan kalau soal uang. Kalau kau masih punya teman yang bisa mewujudkannya… *tunjuk seo Hee*… kenapa tidak?
“Aku ingin kucing angora…” ucapku sedikit merengek. “Kalau kau membelikanku kucing angora, aku tidak akan membocorkan pada mereka soal Siwon. Aku janji aku akan tutup mulut soal itu” 

“Siwon? Dari mana kau…”

Aku cengengesan. Dia kontan melirik pada laci meja dimana diarynya berada. Haha. Ah, Lee Seo Hee, ku pikir kau itu pintar. Ternyata selama ini dia tidak sadar kalau setiap malam, di temani cahaya senter, aku selalu membaca diarymu.

“Arrrrghhhh” Seo Hee menatapku frustasi. Benar-benar frustasi. Untuk pertama kalinya dan itu karna Mikki. Yeee! *tepuk tangan*

Dia mondar mandir di kamar sambil menggigit ujung jari jempolnya. Tak berapa lama kemudian dia menatapku. “Aku akan membelikannya asal kau tidak menempatkannya di kamar kita” ujarnya serius.

“Oke” aku mengangguk. Yang penting beli dulu. Soal tempat, agh, lihat saja nanti. Memang apa sih yang tidak bisa di lakukan Mikki?

***

-Choi Siwon-Dorm Suju
“Semuanyaaaa, aku akan mentraktir kalian makan minggu ini, dimana tempatnya silahkan tentukan!” Donghae memasuki dorm, dengan wajah ceria. 

“Woooo Woo, ada apa ini?” 

Semua member kini mengintrogasinya. Melihat dari wajahnya, aku sudah bisa menebak apa yang terjadi. 

“Jinja??” Eunhyuk menatapnya tidak percaya. Beberapa detik kemudian dia menghadiahi Donghae sebuah pelukan. 

Aku tidak menyimak lagi apa yang mereka ucapkan. Pikiranku terlalu sibuk dan itu karna Seo Hee. Aku tahu seharusnya aku tidak melakukan ini, mencari tahu nomor ponselnya, karna kini setelah aku mendapatkannya aku jadi uring-uringan sendiri. Apa yang harus ku lakukan? Apa aku akan menghubunginya? Tapi… kira-kira apa tanggapannya jika aku menelponnya? 

Aku melangkah ke kamar, uring-uringan sendiri. Kemudian sebuah pemikiran terbayang di benakku. 

Seo Hee, dia pasti tidak menyukaiku karna aku adalah penyebab hidupnya terkekang. Dia jadi tidak bisa memilih pasangannya sendiri. Tapi ini juga bukan sepenuhnya salahku. Jadi penyanyi adalah cita-citaku, dan aku sudah berusaha keras untuk meraihnya walau dulu Aboji sangat menentangnya.

Mungkin kalau semuanya di mulai dari awal, dan kami mulai saling mengenal dengan cara sederhana yang biasa di lakukan orang-orang, pemikirannya akan sedikit berubah terhadapku. Aku benar-benar ingin memperkenalkan Choi Siwon padanya.

“Hyung, kau mau kemana?” tanya wookie saat aku hendak keluar dari pintu dorm.

“Ada sesuatu yang ingin ku beli” jawabku.

“Apa kau bisa singgah ke super market? Persedian makanan kita sudah habis” Wookie bangkit untuk menyusulku.

Aku mengangguk.

“Baiklah. Tunggu aku sebentar”

Dia kemudian berlari ke kamarnya. Selang beberapa menit kami sama-sama menaiki lift untuk turun ke lantai bawah. Entah sekarang sudah jam berapa dan apakah masih ada super market yang buka atau counter ponsel yang masih belum tutup.

Aku memarkirkan mobilku begitu menemukan sebuah counter yang masih buka. Wookie menatapku bingung.

“Hyung, kau membeli ponsel? Ponselmu rusak?”

Aku hanya tersenyum. “Apa kau percaya kalau pria yang sedang jatuh cinta akan melakukan apa pun demi wanita yang di cintainya?”

Dia membuka mulutnya terkejut. “Hyung!! Kau sedang jatuh cinta?”

“Belum, tapi aku sedang mencobanya”

“Apa?”

“Jatuh cinta. Aku sedang mencobanya” 

Dia menatapku tidak mengerti. “Siapa orangnya?”

“Pasangan takdirku”

Dan rahangnya pun terbuka. 

Ah, sudahlah. Nanti saja ku jelaskan padanya.
***

-Kim Heechul-Pet Shop

“Selamat datang. Ada yang bisa kami bantu?” penjaga toko itu menyambutku begitu aku masuk. Aku tidak menjawab dan malah menyapu pandangan melihat-lihat isi toko. Biasanya aku tidak kesini untuk membeli makanan untuk Heebum dan Baengshin. Tapi berhubung toko langgananku tutup jadi aku terpaksa mampir kesini karna persedian makanan untuk mereka sudah habis.

Dua orang gadis memasuki toko ini setelah aku. Satu di antaranya berpakaian feminim, dan langkahnya anggun seperti pragawati. Dan satunya lagi… ah! Aku bahkan tidak ingin menyebutnya gadis, karna wajahnya pasti tidak lebih cantik dari pada aku. Dia mengenakan hot pants dan kaus putih kebesaran, gayanya itu seleboran. Berbanding terbalik dengan gadis yang satunya lagi.

“Ada yang bisa kami bantu?” penjaga toko itu menyapa mereka. 

“Aku ingin kucing angora” si gadis yang bertubuh lebih pendek itu berbicara dengan nada ceria. 

Penjaga toko itu kemudian mengajak mereka berkeliling dan memperkenalkannya pada kucing koleksinya. Gadis yang lebih tinggi dan feminim tadi terlihat ogah-ogahan mengikuti mereka. Dia merapatkan kaca matanya, dan sesaat kemudian dia sibuk mengetik sesuatu di ponselnya.

“Seo, aku ambil yang ini” dia menunjuk seekor kucing berbulu tebal berwarna putih. 

“Ini kucing jantan. Namanya pichiko” ucap penjaga toko itu.

“Waaah, lucu sekali” gadis itu membungkuk di depan kandang. Dia kelihatan sangat senang. 

Tak lama gadis yang di panggil Seo itu memasukkan ponsel ke tasnya. “Kami akan membelinya, sekalian juga kandangnya. Dan, Ah ya, juga makanannya, bisa sekalian kau berikan padanya buku panduan atau apa pun sejenisnya yang bisa menerangkan cara pemeliharaan kucing? Dia ini pemula, aku takut nanti dia membunuh makhluk tidak berdosa ini”

“Yaaa~ apa yang kau bicarakan? Aku tidak seburuk itu! Begini-begini dulu aku pernah memelihara bintang laut” gadis yang bertubuh mungil itu berujar sewot.

Aku tertawa. Apa dia bilang? Bintang laut? Dia pernah memelihara bintang laut? Ah, bagaimana bisa bintang laut di samakan dengan kucing. Dia sama sekali tidak bergerak, bahkan makan pun tidak. 

“Apa yang kau tertawakan haah??”

Ups! 

Gadis itu mendatangiku dengan ekspresi yang siap perang. 

“Aniyo” aku menggeleng, sambil menahan diri agar tidak tertawa lagi. Dan aku sukses. Sebagai gantinya kini aku malah menatap bibirnya. Bibirnya mengerut. Bibirnya tipis dengan warna aslinya, tanpa olesan lipstick. 

Dia berkacak pinggang. “Seperti kau tahu saja cara merawat kucing” dia mencibir padaku.

Aku tertawa lagi. “Asal kau tahu saja, setengah populasi korea tau kalau aku seorang pecinta kucing. Dan kedua kucingku, lebih sehat dari pada kau” 

“Apa katamu??!!” dia membuka kaca matanya dan menatapku garang.

Dan saat itulah darah ABku mendeteksi kelainan dari cewek ini. Tidak, bukan dia sebetulnya yang punya kelainan. Tapi aku! Mataku menatapnya tanpa kedip, seolah yang berdiri di depanku ini adalah yeoja tercantik di dunia. Ah, tidak tidak. Kenapa ini? Kenapa jantungku berdetak sangat cepat saat berhadapan dengannya?

Yeoja yang tadi datang bersamanya menariknya menjauhiku. “Mikki, kita kesini bukan untuk cari keributan” ucapnya penuh peringatan. 

Oh, jadi namanya Mikki. Mikki. Mikki. Mikki apa? Mikki mouse? Ya ya. Itu pas sekali karna kakinya sangat pendek dan dia juga sangat lucu seperti tikus.

“Tikus keciiiil!” panggilku sebelum aku benar-benar kehilangan yeoja unik yang membuat jantungku berdebar ini.

“Kau memanggilku apaaaaa????” dia menatapku geram.

“Tikus kecil” ucapku sambil menyengir. 

“Yaa~ kalau kau sudah bosan hidup tinggal bilang saja padaku. Aku tidak keberatan menghabisimu!!” 

Aku tertawa. Tidak salah. Sepertinya dia ini menarik.

Aku membuka kaca mataku. Dia dan penjaga toko itu terkesiap.

“He-Heechul? Kau kim Heechul super junior?” penjaga toko itu berucap tanpa mengalihkan tatapan dariku.

“Nah, tikus keciiil. Kau terpesona melihat wajahku tidak? Aku lebih cantik dari pada kau kan?” ucapku sambil membungkuk menatap matanya.

“Cih…” dia mendengus. 

Aku menepuk-nepuk kepalanya. Ah, ternyata dia ini sangat kecil. Tinggi tubuhnya saja tidak sampai sebahuku. 

“Nah, Kalau kau tidak tahu cara merawat kucing, Bagaimana kalau aku mengajarimu?” 

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar