Part 2
biar saja kau yang jadi Venus. Aku ingin jadi satelit yang mengelilingimu, Aku akan menjadikanmu satu-satunya pusat tata suryaku- Lee Donghae
biar saja kau yang jadi Venus. Aku ingin jadi satelit yang mengelilingimu, Aku akan menjadikanmu satu-satunya pusat tata suryaku- Lee Donghae
-Lee Seo Hee-Lokasi syuting-Gangnam
“Haaaa, seragamnya lucu sekali…”
Gaeul terlihat sangat senang, sementara di sebelahnya, si model pria yang
katanya bernama Donghae itu tersenyum memperhatikannya. Aku hanya menatap
mereka, di bawah kerindangan pohon maple, mencari tahu sisi menarik dari gadis
itu. Choi Gaeul.
“Seo, syutingnya sebentar lagi akan
di mulai” So Ra menghampiriku. Aku bangkit, melangkah bersisian dengannya.
Kami di tuntun menuju sebuah kelas
yang sudah di dekorasi sedikitnya dengan kain warna warni menjuntai dari atap,
disisi tempat alat-alat musik di susun seperti di atas panggung. Di
belakangnya, ada papan tulis yang sudah di coret-coret, berisikan kata-kata
picisan, serta gambar namja-yang wajahnya mirip donghae.
Aku mengambil tempatku, di depan
keyboard, dengan mata yang tak lepas dari Gaeul. Gadis itu tersenyum pada namja
itu, Donghae mengacungkan jempolnya memberi gadis itu semangat. Hah, Gaeul itu,
dia benar-benar lovable, berbeda sekali denganku.
Kami membawakan lagu You are my
venus, ada beberapa kali take, setelah itu kami pindah ke ruangan lain untuk
melakukan scene selanjutnya. Disana aku, So Ra, dan Gaeul berakting bersama
lima orang lainnya yang juga berseragam sama dengan kami.
Kami semua tidak ada yang
memperhatikan guru yang mengajar di depan, aku tidur-tiduran, Mikki bersandar
ke kursinya dengan dua tangan di belakang kepala sambil mendengarkan musik
lewat headset dan menatap keluar, So Ra pura-pura sibuk berdandan, dan Gaeul
menggambar di buku tulisnya-yang sebenarnya action saja karna gambar sebenarnya
sudah di siapkan sutradara. Kemudian Donghae lewat di koridor kelas dengan
gayanya yang cool dan charm, mata Gaeul tertuju padanya dengan ekspresi memuja.
Untuk itu kami melakukan beberapa kali take sampai sutradaranya mendapatkan
ekspresi terbagus dari Gaeul, karna dialah pemeran utamanya dalam video clip
ini.
Kami berpindah lagi, ke gedung
sekolah dimana aku, So Ra, dan Mikki memaksa Gaeul untuk menyerahkan surat
cinta yang ada di tangannya pada Donghae. Ceritanya saat itu adalah hari kelulusan
Donghae. Kami bertiga bersama-sama berharap-harap cemas menunggu Gaeul yang
sedang melangkah menuju Donghae. Donghae kelihatan senang melihatnya, membuat
Gaeul bersemangat untuk menghampirinya. Tapi tiba-tiba seorang gadis
menghampiri Donghae dan memeluknya. Gaeul kembali mundur dan dia berlari
menjauhi Donghae. Kami bertiga menatapnya sedih.
Selanjutnya adegan aku dan yang
lainnya membujuk Gaeul di ruang musik. Disana So Ra memainkan gitar, dan kami
bernyanyi sambil tertawa-tawa. Itu adegan yang agak sulit bagiku, karna disana
aku harus terlihat benar-benar senang, ah, aku tidak tahu kenapa aku sulit
sekali berekspresi. Kemudian kami sama-sama memegang alat musik. Tapi tidak
benar-benar memainkannya.
Syuting itu masih belum selesai
menjelang malam. Sepertinya mereka merampungkan segalanya dalam satu hari karna
dari tadi kami hanya mendapat sedikit istirahat, itu pun hanya untuk makan
siang. Di scene berikutnya kami mengenakan pakaian yang biasanya kami pakai
untuk show. Ku dengar mereka memakai Aula sekolah yang sangat luas, serta
mengundang siswa-siswa SMA ini untuk menyaksikan pertunjukan kami.
“Donghae Oppaaaa!! Saranghae!!”
Aku menolehkan kepalaku begitu ku
lihat seorang siswi SMA yang telah berganti pakaian berteriak menyerukan nama
namja itu. Donghae tersenyum ke arah mereka, melambaikan tangannya, membuat
siswi-siswi lainnya semakin heboh menyerukan namanya. Aku baru tersadar,
sepertinya dialah alasan kenapa siswi-siswi itu memadati aula ini. Aku yakin,
jika syuting itu hanya melibatkan kami, Skyline, aula ini tidak akan seramai
ini. Sepertinya directur kami memang pintar sekali memanfaatkan situasi.
***
-Choi Gaeul-Aula-
“Donghae Oppaaaa!! Saranghae!!”
Ku tolehkan kepalaku pada sumber
suara, dan aku melihat beberapa orang gadis SMA yang kecentilan menyerukan nama
Oppa. Oppa Cuma tersenyum dan melambaikan tangannya pada mereka, dia sendiri
sedang bicara dengan sutradara mengenai scene terakhir.
“Kau gugup lagi?” Mikki menyenggol
lenganku, hingga membuatku berhenti bermonolog dengan diriku sendiri, dan
mengalihkan pandangan padanya.
“Memangnya kau tidak?” aku balas
bertanya.
“Aku kan tidak kebagian adegan
ciuman” dia berujar dengan sangat sangat sangaaaat santai.
Ucapannya itu otomatis membuatku
menelan ludah, dan pipiku memanas.
“Itu kan hanya ciuman ringan, hanya
tempel sedikit saja” ucapku berkilah.
“Ah, yang benar” Mikki menowel-nowel
lenganku. “Kalau aku jadi kau, tidak akan ku biarkan kesempatan itu lewat
begitu saja. Bisa berciuman dengan Donghae yang tampan, ah, kau tahu tidak
berapa banyak wanita di luar sana yang memimpikannya?”
“Diamlah” aku segera menjauh darinya
sebelum otakku terkontaminasi.
Mikki terkikik, dan kini kami
sama-sama naik ke atas panggung, dimana So Ra eonni dan Seo Hee eonni sudah
menunggu kami. Seperti biasa, So Ra eonni sangat ramah, sebelum tampil dia
berinteraksi dengan murid-murid SMU itu. Beberapa namja menatapnya dengan mata
memuja, aku tahu So Ra eonni itu cantik dan sosoknya sangat dewasa. Baru debut
saja fansnya sudah banyak.
“Huaaaaa!!! Donghae Oppa!!!”
siswi-siswi itu kini berteriak karna Donghae ikut masuk dalam kerumunan di
temani beberapa orang berpakaian bebas yang sebetulnya adalah bodyguard. Jung
Ajjumma naik ke atas panggung, dia meminta kerja sama mereka dan berjanji dia
akan menyiapkan sesi berfoto bersama Skyline dan Donghae kalau mereka mau
tenang dan membantu jalannya syuting.
Situasi itu kembali tenang. Kemudian
kami kembali membawakan lagu You are my Venus, kali ini hanya satu kali take.
Kami tidak lagi perlu beracting karna situasinya benar-benar sama seperti kami
di atas panggung. Aku bernyanyi dengan mata sesekali melirik pada Donghae Oppa,
dia menatapku fokus, tatapannya terlihat kagum, aku tidak tahu itu acting atau
bukan, karna dimataku dia terlihat sangat bersungguh-sungguh.
Usai menyanyikannya, aku turun dari
atas panggung. Penonton itu berteriak-teriak histeris, sementara itu bodyguard
yang di sewa jung ajjumma membuat kerumunan itu tersibak seperti yang di
rencanakan sebelumnya. Jalan itu membuka, hingga aku melangkah pelan menuju
Donghae Oppa sambil tersenyum. Dia membalas senyumnya, mata kami bertatapan,
hingga jarak kami sangat dekat. Aku berhenti seraya mengeluarkan dan membuka
sebuah kertas yang bertuliskan ‘I love you’. Dia juga meronggoh satu jasnya,
mengeluarkan kertas, yang juga bertuliskan ‘I love you’. Kami sama-sama
tersenyum.
Kemudian dia meraih kepalaku dengan
telapak tangannya. Oh, tuhan. Aku tiba-tiba saja kehilangan fokus. Namun mataku
hanya tertuju pada matanya yang tengah
menatapku dengan sinar mata lembut. Perlahan dia mendekatkan wajahnya, aku
memejamkan mata, waktu seakan berjalan sangat lambat. Hingga ku rasakan
bibirnya mendarat di bibirku. Aku menahan napas. Jantungku berhenti berdetak.
“Dasar Jalang!!!” teriak seseorang,
membuatku terkesiap dan menarik diri.
“Berani-beraninya kau mencium Donghae
Oppa kami di depan kami!!”
“Yaa~ kau harus mati!!!”
Bersamaan dengan itu gerombolan
gadis-gadis menerjang kearah kami, membuat bodyguard harus bekerja keras untuk
menahan mereka. Donghae Oppa kontan menyelimutiku dengan tubuhnya, kami
melangkah dengan langkah tersendat keluar dari tempat itu walau gadis-gadis itu
terus saja melontarkan makian padaku. Aku hendak menangis, untuk pertama
kalinya aku di kata-katai begitu kasar oleh orang yang tak ku kenal. Donghae
Oppa sepertinya mengerti perasaanku, dia segera membekap telingaku dengan
tangannya.
Kami sampai di ruang khusus staff,
dimana So Ra eonni, Seo Hee eonni, dan Mikki telah sampai lebih dulu. So Ra
eonni menepuk bahuku. “Sudahlah, jangan di ambil hati” ucapnya menghibur.
“Ah, si tua Bangka itu memang mau
membunuh, mencium Donghae di depan fansnya, bah, masih untung kau keluar dengan
selamat Gaeul ah” Mikki berujar dengan ekspresi sedikit sebal, kemudian dia
meneguk air minumnya.
“Ehm, sebetulnya aku yang menciumnya”
ralat Donghae Oppa membuat Mikki menoleh.
“Ya, sama saja” ejek Mikki.
“Mikki, bersikap sopanlah pada
donghae Oppa. Dia itu sunbae kita” nasehat So Ra eonni, yang di tanggapi Mikki
dengan menggedikkan bahunya.
“Gaeul ah…” Donghae Oppa berjongkok
di depanku, menatap wajahku dengan matanya yang bersinar lembut. “Bukankah aku
sudah pernah bilang padamu, kalau tidak mungkin semua orang di bumi ini
mencintaimu?”
Aku mengangguk.
“Ini lah duniamu sekarang. Akan ada
orang yang mencintaimu, dan akan ada juga orang yang membencimu. Sekali pun kau
tidak ada hubungannya dengan mereka” Dia menghapus sisa-sisa air mata yang ada
di pipiku.
Aku mengangguk. “Ini mimpi Tae Joon Oppa.
Aku harus kuat. Fighting!” aku menyemangati diri sendiri dan tertawa di
depannya.
Sinar matanya tiba-tiba saja meredup.
Mulutnya terbuka seperti akan mengatakan sesuatu, namun dia mengurungkannya.
“Waeyo?” tanyaku penasaran.
“Tae Joon…” dia berujar lirih.
“Ne?”
“Dia selalu ingin kau bahagia…”
kemudian dia bangkit dan
mengacak-acak rambutku.
“Aku tahu Oppa” sahutku sambil
tersenyum.
“Karna itu lakukanlah yang kau suka…”
Ucapannya membuatku merenung. Me…
melakukan apa yang ku suka?
“Oppa mau ganti baju dulu. Tunggu
disini saja. Setelah sesi foto itu, aku akan mengantarmu pulang” ucap Donghae
Oppa, kemudian dia berlalu dari hadapanku.
***
-Lee Donghae-Donghae’s car
Aku memasang seatbelt ke tubuh Gaeul,
dia tersenyum lemah padaku. Sepertinya dia benar-benar lelah karna seharian
syuting tanpa istirahat. Untung saja sesi berfoto itu tidak begitu lama, hingga
kami bisa pulang jam sebelas malam.
Gaeul sudah kelihatan mengantuk dan
aku membiarkannya memejamkan mata tanpa berniat mengajaknya mengobrol walau pun
aku ingin. Melihatnya kelelahan begitu membuatku sedikit khawatir dengan
kondisi fisiknya. Fisik Gaeul tidak begitu kuat, dia gampang jatuh sakit, karna
itu aku berpesan pada So Ra tadi agar dia lebih memperhatikan pola makan Gaeul.
Ku lirik dia, yang kini sudah
sepenuhnya memejamkan mata. Tae Joon, dia bilang tadi dia melakukan semuanya
demi Tae Joon. Haah… hatiku jadi tidak tenang. Ku pikir awalnya dia melakukan
ini karna dia benar-benar ingin jadi penyanyi. Lalu aku teringat, dari dulu dia
memang tidak pernah bilang dia ingin, walau semua orang memuji suaranya yang
sangat indah. Dulu dia sering ikut denganku dan Tae Joon, dia adalah adik
kesayangan Tae Joon. Tae Joon sahabatku yang mengidap sister complex itu selalu
membawanya kemana-mana. Bahkan ke rumahku. Ibuku sangat senang pada Gaeul,
karna dia tidak punya anak gadis. Jadi, lama-lama aku jadi ikut terbiasa
dengannya.
Entah sejak kapan dia menarik
perhatianku. Entah saat dia masih mengenakan seragam SD atau SMP. Tiba-tiba
saja hidupku terasa berbeda saat aku tidak melihatnya lagi. Seolah ada bagian
dalam diriku yang kosong, yang hanya bisa lengkap jika dia ada.
“Ga eul ah, sudah sampai” aku
mengguncangkan tubuhnya pelan.
Dia menggeliat dan mengucek-ngucek
matanya. “Eung? Sudah sampai? Cepat sekali…” gumamnya sambil memutar tubuhnya
sedikit melihat ke kaca mobil.
Dia membuka seatbeltnya dan hendak
membuka pintu ketika aku meraih tangannya.
“Waeyo Oppa?” tanyanya dengan dahi
berkerut.
Aku tidak tahu ini waktu yang tepat
atau bukan, namun aku sangat ingin menyampaikan perasaanku ini padanya. Ku
dekatkan wajahku, dan ku kecup bibirnya sekilas. Ku tarik wajahku cepat untuk
melihat reaksinya.
Dia membeku di tempatnya. Perlahan
tangannya terangkat dan menyentuh bibirnya. “Oppa…” lirihnya, dia menatapku
dengan ekspresi kagetnya dan kedua pipi merah.
Aku tersenyum seraya mengelus
pipinya. “Apa aku bisa jadi Venusmu?”
Dia kelihatan kaget. “Oppa…”
“Ya…” aku mengangguk, mengerti apa
yang akan di ucapkannya.
Dia mengerjabkan matanya. “Apa aku
pantas bersama Oppa?”
Apa dia pantas bersamaku? Bukankah
seharusnya pertanyaan itu di tujukan padaku? Apa aku pantas bersamanya? Apa aku
mampu membahagiakannya?
“Apa kau keberatan aku yang jadi
Venus?” aku sedikit mencandainya. “Baiklah, kalau begitu biar saja kau yang
jadi Venus. Aku ingin jadi satelit yang mengelilingimu, Aku akan menjadikanmu
satu-satunya pusat tata suryaku”
***
-Mikki-Skyline Dorm-
Aku menyerobot lebih dulu masuk ke
dalam dorm mendahului Seo Hee. Seo Hee, memasang wajah kesal namun tak berujar
apa pun, seperti biasanya. Aku heran kenapa tuhan memberinya mulut. Yeoja sok
perfect ini hanya menggunakannya untuk makan. Lainnya? Dia sangat hemat suara.
“Eonni…” Gaeul masuk ke dalam dorm
dengan wajah berseri-seri. Dia langsung menghambur ke pelukan So Ra eonni. Oh,
aku paling benci adegan teletubies begini. Aku segera lenyap dari tempat itu
menuju kamarku dan Seo Hee. Seo Hee tidak lama menyusulku. Wajahnya kelihatan
kusut seperti pantat monkey.
“Apa kau tidak merasa Gaeul itu
terlalu beruntung? So Ra sangat sayang padanya, fanboy juga sangat menyukainya,
lihat kan tadi banyak yang mendekatinya saat sesi foto, Donghae… barusan dia
bilang namja itu kini adalah kekasihnya, dan Si… Argghhh”
Aku mengerjabkan mata. Ku tatap Seo
Hee, benar-benar ku tatap, sungguh, siapa tahu ini jin yang menyamar jadi Seo
Hee dan beberapa detik lagi dia akan menghilang.
“Seo Hee…” panggilku, dia menoleh.
Ah, apa dia ini benar-benar Seo Hee.
“Kau sadar tidak, itu kalimat
terpanjang yang pernah di ucapkan Lee Seo Hee”
Detik berikutnya wajahnya kembali
datar. Dia mendekati ranjangnya dan menyusupkan tubuhnya ke dalam selimut.
“Jangan katakan itu pada siapa pun”
ucapnya di balik selimut.
Apa? Aku terkikik sendiri. Ternyata
dia benar-benar Lee Seo Hee. “Oh, aku tidak percaya ini. Ternyata masih ada
orang yang percaya kalau aku bisa menjaga rahasia”
Dia memicingkan matanya dan duduk
menghadapku. “Apa maumu?” ucapnya to the poin.
Aku berdehem. Oh, ya tuhan. Kenapa
cepat sekali keinginanku kau kabulkan. Padahal baru kemaren aku
mengangan-angankannya. “Seo Hee, ku dengar ayahmu itu sangaaaaat kaya. Kalian
bahkan punya pulau di Indonesia. Ah, aku sangat iri. Uangmu pasti banyak sekali
kan?”
“Katakan saja” ucapnya, sangat
serius. Ah, benar-benar Lee Seo Hee. Aku menyengir.
“Aku ingin kucing angora” cetusku,
membuat eksperi wajahnya berubah jadi seperti pantat monkey lagi.
“Kau bisa minta apa pun, bahkan kalau
kau ingin Villa, aku akan memberikan satu untukmu. Asal jangan itu! Aku tidak
suka ada binatang di kamarku!”
Cih, sombong sekali. Agh, Villa ya?
Tawaran yang menggiurkan. Tapi tidak buatku. Memangnya apa gunanya Villa
buatku? Kalau aku mau liburan dan menginap di Villa, kan aku sudah punya teman
yang punya Villa *tunjuk Seo Hee* (Ingatlah, teman adalah aset berhargamu).
Sekarang aku sedang tergila-gila pada kucing angora. Aku ingin memeliharanya.
Tapi, ehm, aku ini orang yang cukup perhitungan kalau soal uang. Kalau kau
masih punya teman yang bisa mewujudkannya… *tunjuk seo Hee*… kenapa tidak?
“Aku ingin kucing angora…” ucapku
sedikit merengek. “Kalau kau membelikanku kucing angora, aku tidak akan
membocorkan pada mereka soal Siwon. Aku janji aku akan tutup mulut soal itu”
“Siwon? Dari mana kau…”
Aku cengengesan. Dia kontan melirik
pada laci meja dimana diarynya berada. Haha. Ah, Lee Seo Hee, ku pikir kau itu
pintar. Ternyata selama ini dia tidak sadar kalau setiap malam, di temani
cahaya senter, aku selalu membaca diarymu.
“Arrrrghhhh” Seo Hee menatapku
frustasi. Benar-benar frustasi. Untuk pertama kalinya dan itu karna Mikki.
Yeee! *tepuk tangan*
Dia mondar mandir di kamar sambil
menggigit ujung jari jempolnya. Tak berapa lama kemudian dia menatapku. “Aku
akan membelikannya asal kau tidak menempatkannya di kamar kita” ujarnya serius.
“Oke” aku mengangguk. Yang penting
beli dulu. Soal tempat, agh, lihat saja nanti. Memang apa sih yang tidak bisa
di lakukan Mikki?
***
-Choi Siwon-Dorm Suju
“Semuanyaaaa, aku akan mentraktir
kalian makan minggu ini, dimana tempatnya silahkan tentukan!” Donghae memasuki
dorm, dengan wajah ceria.
“Woooo Woo, ada apa ini?”
Semua member kini mengintrogasinya.
Melihat dari wajahnya, aku sudah bisa menebak apa yang terjadi.
“Jinja??” Eunhyuk menatapnya tidak
percaya. Beberapa detik kemudian dia menghadiahi Donghae sebuah pelukan.
Aku tidak menyimak lagi apa yang
mereka ucapkan. Pikiranku terlalu sibuk dan itu karna Seo Hee. Aku tahu
seharusnya aku tidak melakukan ini, mencari tahu nomor ponselnya, karna kini
setelah aku mendapatkannya aku jadi uring-uringan sendiri. Apa yang harus ku
lakukan? Apa aku akan menghubunginya? Tapi… kira-kira apa tanggapannya jika aku
menelponnya?
Aku melangkah ke kamar, uring-uringan
sendiri. Kemudian sebuah pemikiran terbayang di benakku.
Seo Hee, dia pasti tidak menyukaiku
karna aku adalah penyebab hidupnya terkekang. Dia jadi tidak bisa memilih
pasangannya sendiri. Tapi ini juga bukan sepenuhnya salahku. Jadi penyanyi
adalah cita-citaku, dan aku sudah berusaha keras untuk meraihnya walau dulu
Aboji sangat menentangnya.
Mungkin kalau semuanya di mulai dari
awal, dan kami mulai saling mengenal dengan cara sederhana yang biasa di
lakukan orang-orang, pemikirannya akan sedikit berubah terhadapku. Aku
benar-benar ingin memperkenalkan Choi Siwon padanya.
“Hyung, kau mau kemana?” tanya wookie
saat aku hendak keluar dari pintu dorm.
“Ada sesuatu yang ingin ku beli”
jawabku.
“Apa kau bisa singgah ke super
market? Persedian makanan kita sudah habis” Wookie bangkit untuk menyusulku.
Aku mengangguk.
“Baiklah. Tunggu aku sebentar”
Dia kemudian berlari ke kamarnya.
Selang beberapa menit kami sama-sama menaiki lift untuk turun ke lantai bawah.
Entah sekarang sudah jam berapa dan apakah masih ada super market yang buka
atau counter ponsel yang masih belum tutup.
Aku memarkirkan mobilku begitu menemukan
sebuah counter yang masih buka. Wookie menatapku bingung.
“Hyung, kau membeli ponsel? Ponselmu
rusak?”
Aku hanya tersenyum. “Apa kau percaya
kalau pria yang sedang jatuh cinta akan melakukan apa pun demi wanita yang di
cintainya?”
Dia membuka mulutnya terkejut.
“Hyung!! Kau sedang jatuh cinta?”
“Belum, tapi aku sedang mencobanya”
“Apa?”
“Jatuh cinta. Aku sedang mencobanya”
Dia menatapku tidak mengerti. “Siapa
orangnya?”
“Pasangan takdirku”
Dan rahangnya pun terbuka.
Ah, sudahlah. Nanti saja ku jelaskan
padanya.
***
-Kim Heechul-Pet Shop
“Selamat datang. Ada yang bisa kami
bantu?” penjaga toko itu menyambutku begitu aku masuk. Aku tidak menjawab dan
malah menyapu pandangan melihat-lihat isi toko. Biasanya aku tidak kesini untuk
membeli makanan untuk Heebum dan Baengshin. Tapi berhubung toko langgananku
tutup jadi aku terpaksa mampir kesini karna persedian makanan untuk mereka
sudah habis.
Dua orang gadis memasuki toko ini
setelah aku. Satu di antaranya berpakaian feminim, dan langkahnya anggun seperti
pragawati. Dan satunya lagi… ah! Aku bahkan tidak ingin menyebutnya gadis,
karna wajahnya pasti tidak lebih cantik dari pada aku. Dia mengenakan hot pants
dan kaus putih kebesaran, gayanya itu seleboran. Berbanding terbalik dengan
gadis yang satunya lagi.
“Ada yang bisa kami bantu?” penjaga
toko itu menyapa mereka.
“Aku ingin kucing angora” si gadis
yang bertubuh lebih pendek itu berbicara dengan nada ceria.
Penjaga toko itu kemudian mengajak
mereka berkeliling dan memperkenalkannya pada kucing koleksinya. Gadis yang
lebih tinggi dan feminim tadi terlihat ogah-ogahan mengikuti mereka. Dia
merapatkan kaca matanya, dan sesaat kemudian dia sibuk mengetik sesuatu di
ponselnya.
“Seo, aku ambil yang ini” dia
menunjuk seekor kucing berbulu tebal berwarna putih.
“Ini kucing jantan. Namanya pichiko”
ucap penjaga toko itu.
“Waaah, lucu sekali” gadis itu
membungkuk di depan kandang. Dia kelihatan sangat senang.
Tak lama gadis yang di panggil Seo
itu memasukkan ponsel ke tasnya. “Kami akan membelinya, sekalian juga
kandangnya. Dan, Ah ya, juga makanannya, bisa sekalian kau berikan padanya buku
panduan atau apa pun sejenisnya yang bisa menerangkan cara pemeliharaan kucing?
Dia ini pemula, aku takut nanti dia membunuh makhluk tidak berdosa ini”
“Yaaa~ apa yang kau bicarakan? Aku
tidak seburuk itu! Begini-begini dulu aku pernah memelihara bintang laut” gadis
yang bertubuh mungil itu berujar sewot.
Aku tertawa. Apa dia bilang? Bintang
laut? Dia pernah memelihara bintang laut? Ah, bagaimana bisa bintang laut di
samakan dengan kucing. Dia sama sekali tidak bergerak, bahkan makan pun tidak.
“Apa yang kau tertawakan haah??”
Ups!
Gadis itu mendatangiku dengan
ekspresi yang siap perang.
“Aniyo” aku menggeleng, sambil
menahan diri agar tidak tertawa lagi. Dan aku sukses. Sebagai gantinya kini aku
malah menatap bibirnya. Bibirnya mengerut. Bibirnya tipis dengan warna aslinya,
tanpa olesan lipstick.
Dia berkacak pinggang. “Seperti kau
tahu saja cara merawat kucing” dia mencibir padaku.
Aku tertawa lagi. “Asal kau tahu
saja, setengah populasi korea tau kalau aku seorang pecinta kucing. Dan kedua
kucingku, lebih sehat dari pada kau”
“Apa katamu??!!” dia membuka kaca
matanya dan menatapku garang.
Dan saat itulah darah ABku mendeteksi
kelainan dari cewek ini. Tidak, bukan dia sebetulnya yang punya kelainan. Tapi
aku! Mataku menatapnya tanpa kedip, seolah yang berdiri di depanku ini adalah
yeoja tercantik di dunia. Ah, tidak tidak. Kenapa ini? Kenapa jantungku
berdetak sangat cepat saat berhadapan dengannya?
Yeoja yang tadi datang bersamanya
menariknya menjauhiku. “Mikki, kita kesini bukan untuk cari keributan” ucapnya
penuh peringatan.
Oh, jadi namanya Mikki. Mikki. Mikki.
Mikki apa? Mikki mouse? Ya ya. Itu pas sekali karna kakinya sangat pendek dan
dia juga sangat lucu seperti tikus.
“Tikus keciiiil!” panggilku sebelum
aku benar-benar kehilangan yeoja unik yang membuat jantungku berdebar ini.
“Kau memanggilku apaaaaa????” dia
menatapku geram.
“Tikus kecil” ucapku sambil
menyengir.
“Yaa~ kalau kau sudah bosan hidup
tinggal bilang saja padaku. Aku tidak keberatan menghabisimu!!”
Aku tertawa. Tidak salah. Sepertinya
dia ini menarik.
Aku membuka kaca mataku. Dia dan
penjaga toko itu terkesiap.
“He-Heechul? Kau kim Heechul super
junior?” penjaga toko itu berucap tanpa mengalihkan tatapan dariku.
“Nah, tikus keciiil. Kau terpesona
melihat wajahku tidak? Aku lebih cantik dari pada kau kan?” ucapku sambil
membungkuk menatap matanya.
“Cih…” dia mendengus.
Aku menepuk-nepuk kepalanya. Ah,
ternyata dia ini sangat kecil. Tinggi tubuhnya saja tidak sampai sebahuku.
“Nah, Kalau kau tidak tahu cara
merawat kucing, Bagaimana kalau aku mengajarimu?”
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar